ARTIKEL KIMIA
MODEL PEMILIHAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA
PENDAHULUAN
Sektor industri mungkin bisa dianggap sebagai salah satu penghasil polusi dan limbah terbesar. Sejak industri besar mulai berdiri, polusi meningkat pesat. Hasil dari proses produksi tidak hanya berupa barang jadi yang bisa dijual, tetapi limbah sisa produksi tersebut bisa merusak lingkungan. Setiap industri harus dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang tepat untuk mengantisipasi kerusakan yang ditimbulkan oleh proses produksi. Limbah harus dibuang ke tempat yang tepat dan diolah dengan cara yang tepat. Industri ramah lingkungan adalah cara tepat yang bisa digunakan untuk menjaga kelestarian alam.
Industri kendaraan bermotor (otomotif) dan komponennya di Indonesia merupakan salah satu klaster industri unggulan yang berperan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Terdapat berbagai tantangan bagi industri nasional untuk lebih berdaya saing seperti masalah ketersediaan sumber daya yang semakin menipis juga ketergantungan terhadap bahan baku impor hingga masalah timbulan limbah (Kementerian Perindustrian 2013). Selanjutnya, juga dinyatakan bahwa pada tingkat global, tuntutan agar diterapkannya standar industri yang menitik beratkan pada upaya efisiensi bahan baku, air dan energi, diversifikasi energi, eco-design dan teknologi rendah karbon dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimalisasi limbah semakin tinggi.
Produksi Bersih Dan Komponen Industry Otomotif Indonesia
Produksi bersih bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan serta melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, dan energi diseluruh tahapan proses produksi.
Dewayana et all (2012) menyimpulkan bahwa berdasarkan lokasinya, data 121 perusahaan menunjukkan bahwa industri komponen otomotif tersebar pada beberapa wilayah yaitu DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Persentase terbesar perusahaan berada di wilayah Jawa Barat (55,37%) dan DKI (24,79%). Berdasarkan jumlah tenaga kerja, dari data 49 perusahaan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 1280 orang dan terkecil yaitu 5 orang. 73% perusahaan merupakan perusahaan besar, 22% perusahaan sedang, sisanya sebesar 5% adalah perusahaan kecil. Berdasarkan kepemilikannya, data 30 perusahaan menunjukkan bahwa terdapat 20 (66,7%) perusahaan PMDN, 7 ( 23,33%) perusahaan PMA, dan 3 (10%) perusahaan Patungan. Perusahaan PMDN mendominasi perusahaan yang berada di wilayah DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan perusahaan PMA mendominasi perusahaan yang berada di wilayah Banten. Perusahaan yang berada pada wilayah DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur memiliki jenis kepemilikan yang lengkap yaitu PMDN, PMA, dan Patungan. Sedangkan perusahaan yang berada di wilayah Banten tidak ada yang berjenis patungan.
Untuk mendorong pertumbuhan Green Industry, Kementerian Perindustrian memberikan penghargaan kepada perusahaan industri nasional yang telah menerapkan pola penghematan sumber daya dan penggunaan bahan baku dan energy yang ramah lingkungan serta terbarukan. Penghargaan Industri Hijau (PIH) telah berlangsung selama empat tahun. Penilaian penghargaan industri hijau didasarkan pada hal-hal berikut (Kementerian Perindustrian 2012) :
- Proses Produksi, meliputi bahan baku dan bahan penolong, energi, air, teknologi proses, produk, sumber daya manusia, dan lingkungan kerja.
- Manajemen Perusahaan, meliputi program efisiensi produksi, Community Development/Corporate Social Responsibility, penghargaan yang pernah diterima, dan sistem manajemen.
- Pengelolaan Lingkungan Industri, meliputi pemenuhan baku mutu lingkungan, sarana pengelolaan limbah dan emisi, dan kinerja pengelolaan lingkungan.
Proses perancangan model dilakukan melalui dua tahapan sebagai berikut :
- Penyusunan Hierarki Keputusan untuk Pemilihan Industri Komponen Otomotif yang Ramah Lingkungan, dan
- Penentuan Bobot pada setiap level hierarki.
Penyusunan Hierarki Keputusan untuk Pemilihan Industri Komponen Otomotif yang Ramah Lingkungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Perumusan tujuan,
- Penentuan alternatif pilihan,
- Penentuan level hierarki,
- Identifikasi elemen-elemen pada setiap level hierarki selain level hierarki pertama (tujuan) dan level hierarki terakhir (alternatif pilihan), dan
- Penyusunan Hierarki Keputusan. Penentuan bobot pada setiap level hierarki.
Kemudian berkaitan dengan hal tersebut, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING Indonesia telah melakukan penerapan pengelolaan limbah B3 dengan ringkasan abstrak dan hasil kesimpulan sebagai berikut;
Pada saat ini, industri berkembang pesat dalam hal ragam maupun jumlahnya di Indonesia. Setiap industri mempunyai potensi untuk menimbulkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
.
Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi dan sebagainya akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas dari proses industri itu sendiri.
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan komponen/perakitan kendaraan bermotor roda empat merk TOYOTA, dan perlengkapan mesin pengolah/pengerjaan logam. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia menghasilkan limbah bersifat berbahaya dan beracun dari kegiatan proses produksi dan berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Inplant Treatment (Pengolahan Internal)
Pengolahan yang dilakukan di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah dengan menggunakan incinerator. Pengolahan limbah padat B3 sudah memenuhi regulasi yaitu Kep. 03/Bapedal/09/1995. Insinerator merupakan alat yang berfungsi untuk membakar limbah padat dan bermanfaat untuk mengurangi bahkan menghilangkan kandungan B3 yang terdapat di dalam solid tersebut. Limbah yang dibakar di insinerator adalah Sludge/kerak cat dan filter bekas, majun dan sarung tangan bekas, dan limbah dari poliklinik. Insinerator yang digunakan adalah tipe Model B-380 Brand ENTECH. Spesifikasi incinerator yang digunakan : volume chamber 3 m3 , kecepatan pembakaran 120 kg/jam, tekanan udara 1,25 kilopascal, temperature reactor pembakaran 850/900 0C. Sementara waktu tinggal di dalam incinerator tergantung kondisi limbah, apabila limbah kering waktu tinggal antara 15- 30 menit dan untuk limbah basah anatara 1-3 jam. Insinerator ini menggunakan bahan bakar solar.
PEMANFAATAN
Limbah yang dihasilkan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia diupayakan untuk semaksimal mungkin dimanfaatkan. Pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia antara lain :
- Drum bekas bahan B3 dimanfaatkan sebagai tempat limbah B3.
- Untuk drum – drum bekas dan kaleng cat yang sudah tidak terpakai dan kemasan bekas dikembalikan kepada Sub.Cont, tidak dibuang begitu saja.
- Recycle thinner dengan cara mendidihkan thinner yang menghasilkan uap yang dapat digunakan kembali menjadi thinner.
Pengelolaan limbah B3 PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia meliputi reduksi, reuse & recycle, pewadahan dan pengumpulan, pengangkutan intern, inplant treatment, pemanfaatan, penyimpanan sementara, dan outplant treatment. Selama ini outplant treatment untuk limbah B3 dilakukan oleh PT. HOLCIM Bogor, PT. Indocement dan PPLI.
Sistem pengelolaan limbah B3 dengan menggunakan insinerator, nilai DRE yang dihasilkan adalah 80,59 % masih belum memenuhi baku mutu peraturan Kep- 03/Bapedal/09/1995 yaitu 99,99%. Suhu yang tidak tercapai dengan optimal menyebabkan pembakaran tidak sempurna, sehingga efisiensi DRE kurang dari 99%. Hal ini disebabkan oleh kurang maksimal penggunaan insinerator yang seharusnya bisa lebih ditingkatkan lagi kinerjanya.
SUMBER:
Triwulandari S. Dewayana, Dedy Sugiarto, Dorina Hetharia Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri – Universitas Trisakti.
Cesar Ray Ratman, Syafrudin Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia
Comments
Post a Comment